Renungan Harian GML :“Hidup yang Kekal” dimulai “Saat Ini” dan “Di Sini”
Yoh 12:24-26 – Hidup Kekal (?)
Konteks dalam perikop ini adalah percakapan antara Yesus dan orang-orang Yunani. Mereka dipertemukan oleh bantuan Filipus. Kemudian Filipus mengatakannya kepada Andreas dan keduanya pergi kepada Yesus. Kemudian, Yesus menyatakan beberapa pernyataan yang tidak mudah tuk dipahami. Paling tidak ada dua jalan yang ditawarkan Yesus : (1) Jalan Penderitaan dan (2) Jalan Kemuliaan.
A. Jalan Penderitaan :
1. “Biji Gandum” harus mati
2. Tidak mencintai nyawanya di dunia ini
3. Mengikuti Yesus dan melayani-Nya (jalan penderitaan; jalan salib)
B. Jalan Kemuliaan :
1. Menghasilkan banyak buah
2. Memelihara hidupnya untuk hidup yang kekal
3. Ia akan dihormati Bapa
Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk ikut “mati” bersama Kristus. Itu artinya bahwa bukan lagi “Aku” yang hidup, melainkan “Kristus” yang hidup dalam diri kita. Itu bukan berarti kita harus “mengabaikan hidup kita”, melainkan justru sebaliknya, “kita diharapkan untuk menghargai dan merawat hidup kita sebaik-baiknya”. Menghargai dan merawat hidup adalah jalan untuk membiarkan Yesus hidup dalam hidup kita. Lalu pertanyaannya, “Bagaimana caranya?”
Menghargai dan merawat hidup adalah berusaha dengan sekuat tenaga (dengan segala ‘jatuh-bangun’-nya) untuk tetap setia mengikuti-Nya. Jalan-Nya tidak mudah. Jalan-Nya adalah jalan salib. Menjadi orang baik di dunia saat ini sangat tidak mudah. Kadang kita dianggap “kolot”, “lucu”, “tidak gaul”, “ketinggalan zaman”, “konyol”, dlsb. Jalan hidup kita kadang bertentangan dengan apa yang sedang terjadi di dunia ini. Dunia yang mencari “nama besar”, “kekuasaan” dan “segala kenikmatan sesaat”. Inilah dunia kita. Kita diajak oleh Yesus untuk melampaui ini semua. Kita diharapkan untuk “menjadi kecil”, “melayani” dan “berani berkorban bagi sesama kita”. Inilah penderitaan, inilah salib, inilah kematian. Ini tidak mudah.
Namun, melalui jalan yang tidak mudah ini. Yesus menjanjikan kepada kita bahwa ini semua akan “menghasilkan banyak buah”, “hidup yang kekal” dan “Bapa akan menghormatinya”. Benar bahwa hidup kita tidak hanya berhenti di dunia ini. Ada hidup yang kekal. Namun, “kekekalan” itu dimulai dari “awal mula – saat ini – dan yang akan datang”. Saat kita dilahirkan di dunia. “Kekekalan” hidup kita pun dimulai. Kekekalan bukan hanya soal “masa depan”, melainkan juga “saat ini”. Dengan begitu, “hidup yang kekal” itu dimulai saat ini dan di sini, dengan mengusahakan “hidup yang lebih baik”. Dengan begitu “buah-buah”-nya pun dapat kita rasakan dan Bapa pun akan menghormatinya “saat ini” dan “di sini”.
Maka sekali lagi, jangan tunggu “besok” untuk sebuah “hidup yang kekal”. “Hidup yang kekal” dimulai “saat ini” dan “di sini”.
Oleh : Rm. Nikolas Kristiyanto, S. J.
mantabb
BalasHapus