Renungan Harian GML : MEMELIHARA DIRI SEBAGAI BAIT KEDIAMAN ALLAH
MEMELIHARA DIRI SEBAGAI BAIT KEDIAMAN ALLAH
Saudari-saudara sekalian, selamat jumpa lagi dalam renungan berita sepekan. Hari ini kita memasuki Minggu Prapaska ke-3. Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk memperteguh keyakinan kita bahwa Yesus Kristus adalah Mesias dan Juruselamat bagi kita umat manusia. Artinya hanya di dalam dan dengan tuntunan-Nya-lah kita bisa sampai atau memperoleh keselamatan.
Bacaan pertama hari ini menyampaikan kepada kita bagaimana Hukum Allah ataupun ‘Sepuluh Perintah Allah’ diberikan kepada umat Israel supaya mereka dapat hidup mengasihi Tuhan dan sesama sehingga mendapatkan jaminan kasih setia ataupun keselamatan-Nya. Bacaan Injil menyampaikan bagaimana Yesus membersihkan Bait Allah dari suasana perdagangan. Tentu bukan karena Yesus tidak suka pedagang, melainkan karena mereka telah tidak memperlakukan Bait Allah sebagaimana mestinya. Bait Allah merupakan representasi (tanda kehadiran) relasi manusia dengan Allah karena manusia menyadari bahwa Allah hadir di dalam Bait Allah. Bait Allah sebagai sarana spiritual, tempat perjumpaan manusia dengan Allah mengharuskan manusia untuk manaruh hormat pada tempat itu dengan cara menggunakannya secara tepat. Meskipun benar bahwa orang-orang di Bait Allah memerlukan sarana-sarana untuk pelaksanaan ibadat mereka seperti binatang korban dan penukaran uang, tetapi kehadiran para pedagang telah mengubah fungsi utama Bait Allah dari nilai spiritual kepada nilai bisnis semata. Fokus perhatian Bait Allah tidak lagi berkat spiritual tetapi keuntungan demi keuntungan. Lebih jauh lagi, ketika Yesus diminta bukti-bukti pertanggungjawaban atas tindakan-Nya, Ia malahan menegaskan lagi tentang Bait Allah yang adalah diri-Nya sendiri. Hal ini dikonfirmasi oleh Paulus dalam bacaan kedua bahwa dalam diri Kristus yang tersalib itu kita melihat dan mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan. Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah. Paulus bahkan menambahkan bahwa tubuh kita inipin adalah Bait Allah. Kita harus memperlakukan diri kita sesuai dengan martabat kita putra-putri Allah.
Saudara-saudari terkasih, ada dua hal yang kiranya dapat kita renungkan dari kisah-kisah bacaan pada hari ini. Yang pertama: Gereja kita yang boleh disamakan dengan Bait Allah bertumbuh di tengah-tengah situasi duniawi. Gaya dan cara-cara kehidupan social sering bersinggungan juga dengan urusan kegerejaan. Tidak terkesampingkan juga ekses-ekses seperti perilaku korup bisa menjadi tantangan juga dalam kehidupan menggereja. Jika tidak ada korupsi riil, seringkali terjadi korupsi kepercayaan dengan saling mencurigai bahwa orang lain memanfaatkan dan sebagainya dan sebagainya. Tidak jarang terjadi yang banyak berkorban pun mendapatkan tuduhan-duduhan sebagai balasannya. Demikian urusan hidup menggereja yang seharusnya terarah kepada pembangunan kehidupan menurut Yesus terhenti dalam urusan-urusan dunia-manusiawi. Orang mau ke gereja atau tidak ke gereja sering tergantung kepada siapa yang mengurus gereja. Yang kedua: Bukan hanya gedung gereja dan komunitas gereja yang menjadi Bait Allah. Diri kita, melalui pembaptisan yang kita terima juga telah dijadikan sebagai bait Allah. Bait Allah ini diperbaharui senantiasa dalam penerimaan Sakramen Ekaristi di mana Yesus mau masuk, bersatu dan tinggal di dalam diri kita. Demikian juga sakramen-sakramen yang lain secara nyata mengungkapkan bagaimana Allah mau hadir bagi kita. Pertanyaannya adalah apakah kita juga telah menyelaraskan diri kita sebagai tempat kediaman Allah, sebagai Bait Allah? Rasul Paulus bahkan berani mengatakan: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam Aku.”(Gal 2:20).
Saudari-saudara sekalian, kita sekalian telah dipilih dan dipanggil melalui pembaptisan untuk menjadi murid-murid Kristus, menjadi anak-anak Allah dan saudara-saudari Kristus. Bahkan Kristus sendiri mau bersatu dengan kita di dalam perjalanan kita menuju Bait Allah yang kekal yaitu keselamatan kita. Kristus mengajak kita untuk mengambil bagian dalam hidup dan karya-Nya. Semoga kitapun semakin sesuai dan patuh kepada kehendak Allah sehingga “bait Allah kecil” diri kita dihiasi dengan persembahan yang benar di hadapan Allah dalam kejujuran, kebenaran, belaskasihan, pelayanan, kerendahan hati, kemurnian dan pengampunan, persaudaraan dan kerukunan, kesetiaan dan damai sejahtera. Kita bhinneka kita Indonesia. Mari amalkan Pancasila. (Rm Yohanes Purwanta MSC)
0 komentar:
Posting Komentar