Jumat, 05 Mei 2017

renungan harian GML:Pengikut Macam Apa Kamu Ini?

Sabtu, 6 Mei 2017, Sabtu Biasa Pekan III Paskah
Bacaan : Kis 9:31-42; Mzm 116:12-13.14-15.16-17; Yoh 6:60-69
Bacaan Injil:
Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya." Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah."

Renungan
Pengikut Yesus tidak semuanya memiliki kesepahaman dengan Yesus. Tentu ada yang hanya terpukau dengan mukjizat-mukjizatnya. Ada pula yang hanya latah ikut-ikutan teman atau saudaranya. Ada juga yang memimpikan Yesus menjadi pemimpin mereka membebaskan Israel dari penjajahan Roma. Dapat dibayangkan betapa sedih Yesus melihat bahwa dari sekian banyak pengikut hanya sedikit yang sungguh paham maksud-Nya. Lalu bagaimana dipisahkan antara pengikut sejati dan pengikut abal-abal itu? Waktulah yang akan menentukan.
Dalam Injil Yohanes dapat dibedakan tiga macam orang: mereka yang butuh tanda untuk percaya, mereka yang tidak butuh tanda untuk percaya, dan mereka yang meski ada tanda tidak akan percaya juga. Orang yang masuk dalam kelompok pertama misalnya adalah perempuan Samaria yang ditemui Yesus di sumur Yakub (Yoh 4:1-42). Ia percaya kepada Yesus setelah Ia mengatakan status perkawinannya. Orang yang masuk kelompok kedua misalnya adalah pegawai istana yang anaknya disembuhkan Yesus (Yoh 4:46-54). Sebelum melihat anaknya sembuhpun, ia sudah percaya. Sementara orang-orang yang meninggalkan Yesus dalam Injil hari ini dapat dikatakan masuk dalam kelompok ketiga. Mereka pergi dan tidak lagi mengikuti Dia padahal telah mengikuti-Nya dari Kana, sejak Yesus membuat mukjizat pertama. Artinya, mereka telah melihat banyak tanda, tetapi karena satu perkataan keras Yesus, mereka gentar dan mundur.
Seleksi pengikut Yesus tidak akan berhenti sampai di sini. Hingga nanti di puncak Golgota, seleksi itu terus ada. Kita tahu hanya segelintir murid yang menyertai Yesus sampai di Golgota. Yohanes menyebut paling tidak ada Maria, ibu-Nya, Maria istri Kleopas, Maria Magdalena, dan Yohanes sendiri.
Seleksi semacam itu kiranya terjadi juga dalam hidup kita. Sebagai manusia, wajar jika kita membutuhkan tanda, sesuatu yang meneguhkan atau memberi penegasan. Misalnya, kita memohon suatu mukjizat lewat sebuah doa, dan itu terkabul. Bagi beberapa orang itu sudah menjadi cukup tanda untuk menjadi beriman dan percaya. Namun, ada juga orang yang dengan sendirinya percaya. Tak peduli bahwa Tuhan tidak memberi tanda atau bahkan memberi tanda sebaliknya (kemalangan, sakit, penderitaan), ia tetap mau percaya. Memang tidak banyak orang yang sampai ke level ini. Lebih banyak orang yang justru tidak mau tahu dengan banyak tanda yang telah Allah berikan. Sudah diberi kekayaan, anaknya nggantheng dan cantik, rejeki lancar, jabatan tinggi, tetapi malah tidak mau mengakui itu pemberian Tuhan, seakan-akan semua hasil usaha manusiawinya sendiri.
Maka, patut kita bertanya pada diri kita pengikut macam apakah kita: yang percaya karena melihat tanda, yang percaya tanpa perlu tanda, atau yang belum percaya juga meski sudah ada beribu tanda. Murid macam apakah juga kita: yang gentar karena perkataan keras atau tamparan lembut dari Allah, atau yang akan terus berjuang sampai penghabisan, sampai Golgota?

disusun oleh : wahyu dwi anggoro

Yang tlah berlalu biarlah berlalu

Hubungkan ke Facebook

Contact Us
Goa Maria Lawangsih
0852-9219-3234
Patihombo yogyakarta