Renungan harian GML Hari Minggu Panggilan : "Gembala di era Gen 4.0"
HARI MINGGU PANGGILAN
Saudari-saudara sekalian, hari ini kita merayakan Hari Minggu Paskah ke-4. Minggu ini dirayakan juga sebagai Hari Minggu Panggilan.
Bacaan-bacaan hari ini, Injil khususnya, menjadi sangat inspiratif untuk perayaan Hari Minggu Panggilan tahun ini. Dalam Bacaan I, Kisah Para Rasul, Petrus menyerukan inti terpenting kehidupan ini:
“Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus” (Kis 2:36) “
Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (Kis 2:38).
Selanjutnya dalam Bacaan Kedua, Petrus memberi semangat kepada umat yang tertebus itu: “Jika kamu berbuat baik dank arena itu harus menderita, itu adalah kasih karunia Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil…supaya kamu mengikuti jejak-Nya.” (Kis 2:20-21).
Bacaan Injil menegaskan bahwa gembala yang baik, gembala yang sejati adalah yang masuk ke kandang melalui pintu. Ia mengenal domba-dombanya dan akan mengantar domba-domba itu keluar dan masuk ke dalam kandangnya. Ia diikuti oleh domba-domba karena ia mengenal masing-masing domba dan domba-domba pun mendengarkan suaranya. Pintu Kandang itu adalah Yesus, melalui-Nya domba-domba akan sampai ke padang rumput, akan diselamatkan.
Bacaan-bacaan ini mengispirasikan bahwa Yesus adalah Gembala Utama. Yesus adalah alasan dan tujuan dari pengembaraan ataupun peziarahan para domba. Sebagai Gembala Utama Yesus membutuhkan gembala-gembala pelaksana yang akan mengantar domba-domba keluar dan masuk kandang melalui Pintu yakni Yesus sendiri. Gembala-gembala pelaksana akan bekerja atas nama Yesus dan kalau begitu juga harus melaksanakan kehendak Yesus. Ia harus hidup seperti Yesus, oleh Yesus dan untuk Yesus. Dalam konteks Minggu Panggilan, pembicaraan tentang gembala ini terfokus kepada mereka-mereka yang secara khusus mau menghayati hidup seperti Yesus sebagai imam dan biarawan-biarawati. Siapakah yang masih akan memilih untuk membaktikan hidupnya sebagai imam ataupun biarawan-biarawati? Bagaimanakah dari antara generasi “millennium” dan bahkan “titanium” ( Gen 4.0) akan bisa muncul imam ataupun biarawan-biarawati, orang-orang terpanggil itu?
Jaman dulu, generasi kami, keteladanan itu sangat jelas. Pastor dan frater atau suster adalah sosok-sosok yang terlihat menjadi model: ikut Yesus ya menjadi seperti suster atau frater dan pastor itu. Bagaimana kami tertarik pada cara berpakaian pastor lalu masuk seminari karena mau memakai jubah seperti pastor. Betapa senangnya jika diminta untuk mengantar pastor atau frater, ke manapun mereka berjalan, kami mengikuti. Alangkah bahagianya ketemu dan bercerita dengan suster, biarpun susternya galak tetap saja ingin menjadi seperti suster. Maka banyak teman dan beberapa angkatan sesudah kami terpanggil menjadi imam, bruder, frater, dan suster. Di antara mereka sekarang berperan menjadi pemimpin-pemimpin keuskupan, biara, paroki ataupun sekolah dan lembaga-lembaga social lain.
Bagaiana dengan sosok gembala teladan di era millennium dan platinum? Bagaimanakah panggilan imam sedangkan pekerja-pekerja tersohor setingkat CEO pun akan tergusur oleh intelligence buatan.. Namun, kata pakar yang lain kita tidak perlu pesimis. Intelligence buatan itu kan hasil karya manusia juga maka bagaimanakah manusia itu akan menghadirkan diri di tengah hasil ciptaannya sendiri menjadi penting. Intelligence buatan tetaplah alat bantu yang memerlukan operator yang punya insight dan intuisi positif inovatif agar intelligence buatan itu berguna bagi kebaikan manusia. Intinya, kemajuan teknologi & komunikasi tetap membutuhkan moralitas supaya tidak menjadi boomerang. Nilai-nilai kemanusiaan dan pribadi manusia tetap yang utama di tengah kepandaian buatan serta informasi-informasi instant yang dalam sedetik tersaji jadi wawasan. Informasi harus disaring berdasar pada ajaran dan pandangan keilmuan kebijaksanaan serta theology yang benar agar tidak kasar dan nyasar.
Bersama dengan Gen 4.0, generasi millennium dan titanium, dan para ulama kita perlu berdoa untuk mendapat gembala-gembala yang baik dan murah hati, yang berorientasi pada karya Tuhan untuk keselamatan manusia dan bukan untuk kepentingan diri sementara apalagi fana. GBU.
Disusun oleh :
Rm. Yohanes Purwanta MSC