Renungan Harian GML : Permohonan Seorang Ibu
Matius 20:20-28: “Permohonan Seorang Ibu”
1.Bacaan hari ini adalah mengenai “Permintaan Ibu Yakobus dan Yohanes agar kelak anak-anaknya dapat duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam kerajaan-Nya.” Lalu pertanyaan selanjutnya, “Apakah ada yang salah jika seorang Ibu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya?” Jawabannya jelas, “Tidak ada yang salah! Setiap Ibu menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.” Lalu, “Apa yang menjadi persoalan?” Marilah kita lihat satu per satu.
2.Ada sebagian para ahli yang menginterpretasikan bahwa permintaan ini sebenarnya bukanlah berasal dari kehendak Sang Ibu, melainkan pertama-tama adalah “keinginan Yakobus dan Yohanes.” Mereka meminta Ibu mereka tuk memohon pada Yesus. Jika ini yang benar-benar terjadi, maka sebenarnya Yakobus dan Yohanes tak memahami apa yang dikatakan Yesus pada perikop sebelumnya (Mat 20:17-19) bahwa Yesus harus menderita, diolok-olok, disesah dan bahkan disalibkan. Itulah yang akan terjadi pada Yesus, bukan pertama-tama sebuah “kemuliaan” melainkan sebuah “penderitaan”.
3.Lalu, jika ini benar-benar sebuah keinginan yang tulus dari seorang Ibu bagi anak-anaknya. Tidak ada yang salah dengan Ibu Yakobus dan Yohanes. Lalu, “Bagaimana reaksi Yesus berhadapan dengan permohonan tulus dari seorang Ibu bagi anak-anaknya?” Kita bisa melihat dalam teks aslinya dalam bahasa Yunani, Yesus tidak menjawab langsung permohonan itu kepada Sang Ibu, melainkan ditujukan kepada anak-anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes). Dalam teks bahasa Yunani, “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta”, ‘kamu’ di sini dalam bentuk plural. Jadi, jelas ini ditujukan kepada anak-anak Zebedeus bukan kepada Ibu mereka. Ini merupakan sebuah tindakan yang sopan, yang dilakukan Yesus pada Ibu ini. Yesus tidak menyalahkan permohonan Ibu ini, melainkan fokus pada anak-anaknya. Dengan kata lain, Yesus ingin mengatakan kepada anak-anak Zebedeus ini, “Mengapa sampai Ibumu meminta sesuatu yang tidak ia ketahui? Kemungkinan besar, kalian menceritakan sesuatu mengenai diri-Ku, namun tampaknya kalian sendiri tak memahami-Ku!”
4.Kemudian Yesus menjelaskan lebih lanjut kepada para murid-Nya bahwa “duduk di sebelah kanan atau kiri-Nya hanya Bapa-lah yang tahu dan berhak.” ‘Duduk di sebelah kanan atau kiri’ tentunya ini berkaitan dengan ide “kuasa”, “kemuliaan”, “kebesaran”, “keagungan”, dlsb. Namun, Yesus di sini mencoba untuk mengubah cara pandang para murid ini dengan mengatakan, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu, sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Maka, ‘kuasa-kemuliaan-kebesaran-keagungan’ itu hanya dapat ditemukan dalam bentuk “pelayanan”.
5.“Pelayanan” di sini tidak hanya aktif dalam kegiatan gereja, namun melupakan keluarga dan sesama. “Pelayanan” di sini tidak hanya aktif dalam kegiatan sosial, namun bertindak sewenang-wenang kepada bawahan atau bahkan memberi upah yang tidak wajar bagi para pekerjanya. “Pelayanan” di sini tidak hanya sekadar berbuat baik agar dikenal baik dan mendapatkan reputasi yang baik. Melainkan pertama-tama, “pelayanan” di sini adalah “memberikan diri seutuhnya bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita (apapun bentuknya), tanpa mengharapkan kembali!” Saya jadi ingat lirik lagu anak-anak “Kasih Ibu”, yang sering saya nyanyikan waktu kecil :
“Kasih Ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.
Hanya memberi, tak harap kembali,
Bagai sang surya menyinari dunia.”
Disusun oleh : Rm. Nikolas Kristiyanto, SJ.
0 komentar:
Posting Komentar