Renungan Harian GML : ROTI KEHIDUPAN KEKAL YANG MENJADIKAN MURID YANG SETIA
Saudari-saudara sekalian salam jumpa lagi dalam Berita Sepekan pada Tahun Liturgi Minggu Biasa XVIII/B. Bacaan-bacaan hari ini mengajak kepada kita seklian untuk melihat dan merenungkan bagaimana kita sekalian telah dengan benar menjadi murid Yesus. “Mengapa kamu mencari Aku?” merupakan pertanyaan singkat Yesus yang membutuhkan jawaban dan alasan yang mendalam dari kita sekalian. Mungkin jawaban kita beragam, tetapi Kehendak Yesus jelas yakni supaya kita mencari Dia yang telah dimeteraikan Allah untuk memberikan makanan yang bertahan sampai pada hidup yang kekal (Yoh 6:27). Makanan itu tidak sama dengan 5 roti yang telah dibag-bagi Yesus dan mengenyangkan 5000 orang laki-laki (bacaan Injil minggu yang lalu). Bahkan juga bukan seperti “manna” yang menurut Musa adalah pemberian Tuhan bagi orang Israel ( Kel 16:15) karena meskipun mereka mengingatnya tetapi mereka tidak lalu benar-benar taat kepada Tuhan. Makanan yang dimaksud adalah Diri-Nya. Yang percaya kepada-Nya akan bersatu dengan Dia atau akan “makan” Dia sebagai roti kehidupan untuk kehidupan yang kekal (Yoh 6:35). Hasil dari percaya dan bersatu dengan Sang Roti Kehidupan adalah mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah yakni hidup di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef 4:23-24). Terjawablah kiranya pertanyaan:”Mengapa kamu mencari Aku?” yakni karena: “kami merindukan hidup yang kekal.”
Saudari-saudara, dalam hal makanan dan memberi makanan ini, kita bisa belajar pada binatang. Binatang-biatang itu akan menjadi dekat dan setia kepada tuannya yang selalu memberinya makan. Ada yang sampai disebut ratu kucing karena di mana dia ada kucing-kucing pada berkumpul karena ia selalu memberi mereka makan. Namun bagi binatang, ternyata kesetiaan mereka bisa beralih yakni kepada siapa saja yang lebih sering memberi mereka makan. Dengan kata lain mereka setia hanya karena makanan dan bukan karena alasan yang lain. Apakah bedanya kita dengan binatang-binatang itu dalam hal bahwa kita juga mendapatkan makanan dari Yesus? Yesus menegur orang-orang yang mengejar-ngejar dia sampai ke seberang laut itu: “Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Yesus menghendaki agar orang-orang itu mencari Dia bukan hanya karena makanan yang telah mengenyangkan perut mereka tetapi supaya mereka melihat tanda-tanda. Dalam peristiwa memberi makan orang banyak, Yesus ditampilkan bukan saja pembawa manna surgawi, melainkan kenyataan Tuhan menyertai mereka. Dialah makanan yang menopang orang dalam perjalanan menuju tempat yang dijanjikan. Inilah yang dimaksud dengan “tanda” itu. Orang banyak yang menemui Yesus kali itu diajak menimba kekayaan pengalaman iman leluhur mereka dan mempercayai tindakan ilahi yang kini sedang mereka alami. Kini Bapa yang ada di surga memberi kehidupan kepada umat dalam ujud kedatangan Yesus di tengah-tengah mereka. Yesus bukan hanya hadir sebagai tokoh di antara masyarakat walau sangat hebat sekalipun. Yesus adalah “manna” dan “roti” yang memberi mereka kehidupan kekal. “Makan roti” itu berarti “mau bersatu” dengan Dia. Bersatu dengan Dia berarti mau diperbaharui dan menjadi semakin serupa dengan Dia agar Roh-Nya menjadi daya hidup. Indahlah ungkapan Paulus: “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” (Gal 2:20).
Saudari-saudara sekalian, setiap kali kita hadir dalam Ekaristi, setiap kali kita menerima komuni, kita juga mendapatkan makanan “Tubuh Kristus”. Kristus mau menjadi makanan, roti yang kita makan supaya kita boleh bersatu di dalam Dia dan Dia di dalam kita (Yoh 6:56). Kesatuan itu terjadi kalau kita percaya. Dan kepercayaan itu tentu akan membawa konsekwensi untuk membiarkan Dia bekerja di dalam diri kita dan melalui diri kita. Dalam persatuan itu kiranya kita semakin diubah dan semakin menampakkan Kristus dalam sikap dan tindakan kita. Nah, tinggal apakah jawaban kita atas pertanyaan Yesus: “Mengapa kamu mencari Aku?” Apakah kita tidak mencari Yesus hanya bila perlu dan untuk keperluan yang terbatas untuk kebutuhan makan dan minum ataupun kebutuhan duniawi saja? Semoga setiap Ekaristi memperstukan kita dengan Kristus dan membuat kita menjadi menjadi orang kristiani sebagai murid Yesus yang setia, sebagai murid Yesus yang sejati. Kita bhinneka kita Indonesia, mari amalkan Pancasila. (Rm Yohanes Purwanta MSC)
0 komentar:
Posting Komentar